Pada suatu hari Abu Nawas berjalan-jalan hingga sampai di
kampung pedalaman. Kampung tersebut berada di daerah gurun nan jauh dari tempat
tinggalnya. Di kampung itu nampak keramaian, dan ternyata ada kerumunan orang
yang sedang membuat bubur.
Ketika Abu Nawas asyik mengamati suasana, tanpa disadari ada
puluhan pasang mata yang mengawasinya. Tidak berapa lama kemudian, Abu Nawas
sudah tertangkap dan diikat oleh para penduduk setempat. Lalu dia pun dibawa ke
tengah-tengah kerumunan orang yang sedang membuat bubur tersebut.
Saat ada seseorang yang membawa golok tajam mendekatinya,
Abu Nawas tidak tinggal diam saja.
"Hei, kenapa aku ditangkap?" tanya Abu Nawas.
Salah seorang dari mereka menjelaskan bahwa setiap ada orang
asing, mereka akan menyembelih, lalu mencampurnya ke dalam adonan bubur dan
memakannya. Mendengar penjelasan itu, Abu Nawas ketakutan juga. Namun, meski
dalam keadaan terjepit, dia masih sempat berpikir dengan jernih.
Abu Nawas akan Dijadikan Campuran Bubur
"Kalian lihat saja, badanku kurus kering, jadi dagingku
tidak banyak. Kalau kalian mau, besok aku bawakan temanku yang badannya gemuk
sehingga kalian bisa makan untuk lima hari lamanya. Aku janji, maka lepaskan
aku, "pinta Abu Nawas.
Karena janjinya itu, akhirnya Abu Nawas dilepaskan. Abu
Nawas berpikir keras untuk menemukan siasat agar dirinya berhasil membawa teman
yang gemuk. Terlintas di pikirannya bahwa Sang Raja Harun Ar-Rasyid.
"Seharusnya raja tahu kondisi ini dan alangkah baiknya
jika dia mengetahuinya sendiri,"guma Abu Nawas dalam hati.
Abu Nawas pun segera menghadap Raja Harun. Dengan berbagai
bujuk rayu, akhirnya dia berhasil mengajak raja hanya berdua saja. Sesampainya
di kampung pedalaman itu, tanpa banyak bicara, warga langsung menangkap raja.
Abu Nawas pun segera meninggalkan kampung itu. Dalam hatinya dia berpikir,
"Bila raja pintar,pasti dia akan bisa membebaskan diri,
tapi kalau tidak, maka raja akan mati."
Abu Nawas berpikir gambling begitu ya karena dia yakin bahwa
rajanya cukup cerdas untuk bisa meloloskan diri dari kampung pedalaman itu.
Sementara itu, raja yang sedang ditawan tidak menyangka sama
sekali akan disembelih warga kampung pedalaman yang masih merupakan wilayah
kekuasaannya. Dalam keadaan takut, raja memiliki inisiatif juga rupanya.
"Jika membuat bubur, dagingku ini tidaklah terlalu
banyak karena banyak lemaknya. Kalau diijinkan, kalian akan aku buatkan peci
kemudian dijual dengan harga jauh lebih mahal daripada harga buburmu itu,
"bujuk Raja Harun ke warga kampung pedalaman.
Mereka menyetujui dan meminta raja untuk menyelesaikan peci
itu. Setelah peci selesai dibuat, raja pun dibebaskan.
Dihukum Gantung
Setelah raja dibebaskan, Abu Nawas segera dipanggil karena
telah berani mencelakakan rajanya sendiri.
"Wahai Abu Nawas, engkau benar-benar telah membahayakan
aku, kamu harus digantung !"ujar Raja Harun dengan geram.
Namun, Abu Nawas minta diberikan waktu untuk pembelaan
dirinya.
"Baiklah, tetapi kalau ucapamu salah, niscaya engkau
akan dibunuh hari ini juga,"ujar Raja Harun.
"Tuanku, alasan hamba menyerahkan kepada pembuat bubur
itu karena ingin menunjukkan fakta kepada Paduka. Karena semua kejadian di dalam
negeri ini adalah tanggung jawab Paduka kepada Allah SWT kelak. Raja yang adil
sebaiknya mengetahui perbuatan rakyatnya, "kata Abu Nawas.
Setelah mendengar pembelaan diri Abu Nawas, Raja Harun
Ar-Rasyid menerimanya dan membebaskan Abu Nawas. Setelah itu raja melakukan
pembinaan kepada suku pedalaman tersebut.
Hikmah yang dapat diambil dari kisah tersebut adalah : Seorang pemimpin harus mengetahui keadaan yang dipimpin dan juga berlaku adil dalam menetapkan segala keputusan agar terhindar dari sifat dzalim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar